Simulasi & Budaya : Antri, Teori Antrian dan Artika

Tahun 70-an saya tinggal disebuah kampung dengan gang atau lorong yang kecil di kota Solo. Dan seperti layaknya tetangga yang lain kami tidak punya sumur, kamar mandi dan WC sendiri. Jadi ada MCK dengan sumur pompa dan sumur tarik diujung belakang dari gang. Bangun pagi antara sadar dan belum sadar penuh, saya dengan semua yang tinggal di kampung itu musti bisa me-manage diri. Siapa yang harus duluan dan siapa yang musti belakangan. Karena, semuanya musti dan harus jam 7.15 WIB sudah sampai dan masuk ke sekolah masing-masing. Dan anehnya itu berjalan puluhan tahun tanpa polisi yang mengatur, atau Pak RT yang meng-absen kedatangan satu per satu ke lokasi MCK, dan tidak ada masalah dengan rebutan dulu duluan makai fasilitas negara tersebut…!! WC Umum secara natural telah menanamkan kesadaran untuk saling mengantri dan saling bisa mengatur waktu untuk tidak mandi atau beol terlalu lama sekiranya masih banyak orang dibelakang yang mengantri. Sayang memang, waktu itu tidak diteliti per harinya : waktu kedatangan, interval antar kedatangan, service time WC umum maupun kamar mandi, berapa lama mengantri, dst. Andai data-data itu ada, saya yakin kita akan tercengang dengan fakta atau data yang ter-record selama puluhan tahun. Kenapa? Alur sistem yang berlaku dalam antrian tadi tidak secara sengaja di create, tapi berjalan secara natural. Yang dibuat adalah batas akhir proses harus kurang dari jam 7.15 WIB, selain itu, mau mandi dulu atau gosok gigi dulu atau mau beol dulu silakan. Selain itu mau beolnya lama, mau sebentar tidak ada alert sistem yang mengatur. Dan bener tidak ada masalah dalam antrian itu, sehingga sistem itu sudah menjadi bagian dari budaya yang memberikan kenyamana service atau kenyamanan hidup bagi saya dan tetangga saya hingga puluhan tahun.

Lain lagi ketika kuliah di Prancis th 90-an hingga 2001, bangun pagi langsung ke salle de bain disitu ada lavabo, salle de toillet, bagnoire dengan kran yang merah untuk l’eau chaud (air panas) dan biru untuk yang froid (dingin). Praktis tidak ada antrian…!!! (Nggak tahu kalau di Appartement d’etudiant Antinea di La rochelle, mungkin Salle de bain nya kayak di cokpit Pilot Boeing alias lebih exclusive…). Tapi bersiap-siaplah masuk dunia yang penuh dengan antrian tatkala kaki keluar dari apartement. Menuju ke campus, musti nunggu bus yang memang datangnya on time. Begitu Bus datang antrian dimulai, karena yang naik musti menunggu mereka yang turun. Dan yang naikpun musti satu-satu sambil tukar sapa dengan sang sopir (conducteur) : ” Bonjour…” Dan yang turun, selalu ngucap : “avoir et merci”. Sampai di campus kuliah atau kerja dilabo dan pas break jam 10-an prendre du cafe ada sedikit antrian di depan mesin cafe. Nah selamat datang di dunia yang penuh antrian, istirahat dan makan siang di Restaurant Universite (Resto U). Cek dulu sebelum makan : carnet makan anda masih atau tidak ( 1 carnet : 10 lembar girik makan). Kalau pas habis silakan antri dulu di tempat pembelian carnet. Disana, di loket pembelian gak terima cek atau card banquaire (Kartu kredit). berati harus cari ATM untuk tirer (ambil) uang dulu. Inilah antrian pertama : Tarik Uang di anjungan ATM dalam komplek Resto U atau campus. berikutnya ngantri beli carnet ;” Un carnet s’il vous plait….”dah selesai. Silakan antri ambil baki, ambil baquette (roti), ambil menu yang kamu suka dari pembuka sampai penutup. Terus aantri ke kasir serahkan 1 lembar girik makan anda sambil dihitung, kl ada yang lebih, eit… tunggu dulu harus tambah beberapa money. Lewat…silakan ambil tisue, garam, poivre dlm sachette. Terus cari tempat duduk dan bon a petit…(selamat makan)

Jangan dikira petualangan antri selesai setelah makan. piring kotor dan sisa makan harus dikembalikan ke loket khusus. Disini kmau musti antri lagi, menggeser baki yang berisi piring kotor dan sisa makanan ke depan satu langkah, satu langkah lagi…terus hingga akhirnya anda harus masukan ke dalam poubelle sisa makanan dalam piring hingga bersih. Ufh….Usai sudah. Tertib. Dan tidak terjadi masalah. Ada statistik yang menggambarkan : service time dari masing2 antrian tadi, queuing time dll. Menarik sekali…berapa jam waktu yang dihabiskan student disana di RestoU untuk dejeuner alias makan siang ,kenapa harus dideteksi? karena buat mereka ini adalah bagian dari budaya. Dimana budaya yang di create berdasarkan sebuah system yang sudah dianalisi alur dan algoritmanya sehingga menciptakan kenyamanan hidup buat mereka.

Indahnya mathematics, kejadian di Resto U tadi dibahas dikelas oleh profesor Mikael Nikulin dan VB Bagdonavicius untuk mata kuliah Stochastique model. Dan dengan teman-teman saya (Benoit LIQUET, Jean Marc NAULIN et all) dibuat mainan SIMULASI dengan Software ARENA 6.0 cuma datanya diganti dari data antrian makan dengan Munich Airport Passenger Terminal Simulation Study (in German) silakan download pdfnya disini : sat_flughafen_muenchen_arena_2000

Dari 2 kejadian diatas, ada sebuah catatan yang menarik. Sistem manakah yang lebih bisa well implemented di lapangan? Apakah yang pertama yang dibangun dan berjalan secara intuitif ? ataukah yang kedua, yang diatur dengan alur dan algoritma yang ketat ? Jelas untuk sebuah study model sistem yang kedua menjamin kemudahan melakukan riset dan menyelesaikan maslah klasik yang terjadi pada riset-riset yang dilakukan di Indonesia yaitu keterrsediaan data.

Dan maaf, 21 mereka yang meninggal (semoga Alloh menerima dan menempatkan di tempatnya yang mulia) di Pasuruan adalah karena kebiasaan berfikir dan habit yang berlaku : bahwa intuitively saja untuk membuat sebuah sistem meski entitas yang terlibat sudah majemuk dan element yang terlibat sudah mencapi jumlah ribuan. Padahal syarat dan alur penerimaan atau pembagian zakat sudah secara ekplisit tertuang dalam aturan baku. Budaya spontan dan intuitive itu baik baik saja sehingga mungkin membuat orang lebih dinamis dan kreatif karena tidak seperti Robot yang diatur setiap gerak geriknya. Namun budaya ini tidak serta merta berlaku untuk sebuah events yang dimana toleransinya sudah mulai sempit, yang dimana respectnya sudah mulai hilang, yang dimana perut sudah lapar, yang dimana yang kaya berharta merasa jadi “ndoro” bangga didatangi orang dhuafa/jelata meminta minta, yang dimana yang miskin sudah kehilangan rasa malu. Stop…. Enough !!! Alloh menciptakan semua meteor sampai planet tidak saling bertabrakan, Dia membangun sistem dengan alur yang jelas (The Motivation. Sudah saatnya keteraturan dan keberaturan harus dibangun disemua lini kehidupan dengan basis : Liberte, egalite et fraternite. Itulah Model mathematics. Sampai tulisan hampir selesai, kok gak ada korelasinya antara Antrian dan Artika ?

Aneh memang kalau keduanya ada korelasinya…tapi tunggu posting berikut ini :

Apa yang dapat anda jelaskan kepada kami tentang fenomena antrian mencari informasi menjelang pernikahan Artika Sari Devi dari grafik diatas?

TUGAS I : Setiap mahasiswa diminta mencari article tentang Simulasi yang didukung dengan Software simulasi (contoh seperti file : sat_flughafen_muenchen_arena_2000). Tugas dikumpulkan kamis, 26 februari 2009