Workshop : Sharing Metode Pengajaran dan Pemodelan Matematika

Pembicara :

Senin, 25 januari 2010

  1. Naomi Kawasaki – Tokyo
  2. Seoul En Mei – Korea Selatan
  3. Serder Saparov – Turkministan

Selasa, 26 Januari 2010

  1. Hans Baier – Jerman
  2. Mathieu Mergan – Prancis
  3. Sutanto – Solo

Materi presentasi dapat di download disini :

  1. Tabel Periodik Unsur Jepang (klik disini : versi Indonesia)
  2. Matematika Jepang (klik disini : math-japon-1, math-japon2, math-japon-3, math-japon-4 )
  3. Matematika Jerman (klik disini :  lockhartslament ), Visualisasi angka dengan balok :

Sebuah Testimoni : “Ibu Sri Sumirah dan Theorie de Nombre”

Sutanto@uns.ac.id

“Saat pagi hari tatkala si gembala mengeluarkan kambingnya per ekor dari kandang; seekor kambing keluar diambillah sebutir kerikil dan dimasukan ke kantong kain yang ia bawa. Sampai semua kambing keluar dan kantongpun penuh dengan kerikil. Dan tatkala senja tiba, kambingpun dimasukkan ke kandang per ekor sambil pula mengeluarkan kerikil dari kantongnya per butir.”

C’est magnifique….!! sebuah dongeng sebagai pancingan untuk berimajinasi dan mengenalkan sebuah konsep bilangan kepada seorang anak : apa tho sebenarnya angka 1,angka 2 dst. Dan dongeng itu tergiang di pikiran saya dalam ruang kuliah meski sudah melintas benua dan samudra. Bu Sum (begitu panggilannya) memancing ide kami dengan gerakan-gerakannya yang lincah tapi lembut : “Anak-anak tahu nggak? suatu hari salah satu kambingnya yang berwarna putih HILANG !!! diterkam sama srigala.” Anak-anak terdiam, mencekam…Dan kembali kami dipancing ke dalam formulasi model matematika (Mathematical Modelling) : “Sore hari semua kambing sudah masuk, Kira-kira masih ada berapa kerikil yang masih berada dalam kantong?” Anak-anakpun sontak menjawab : “SATU ….!!!!”

Besok pagi cerita berlanjut, ” Eh anak-anak, tahu nggak? ternyata kambing yang hilang kemarin tidak diterkam serigala. PAgi kemaren dia balik ke kandang sendiri. Ternyata kambing itu naik ke atas pohon dan nggak bisa turun, mbekk…mbekkk…tolong……Terus ada orang lewat ditolong dan diturunkan serta diantar pulang ke kandang.

Cerita ini sebenarnya sudah menanamkan dasar belajar : konsep bilangan. Kandang dan kantong adalah konsep tentang himpunan, Kambing yang diterkam serigala adalah operasi hitung : +, – bahkan kalau cerita dapat dilanjutkan tentang kaki kambing maka operasi hitung sampai pada level perkalian. Bahkan tidak berlebihan, jika cerita kambing yang naik pohon adalah menanamkan koordinat cartesian 3 dimensi (dan saya baru sadar tentang hal itu !).

Masih banyak cerita beliau tentang siku-siku dan sudut, potong kuku, timbang dan ukur tinggi badan, berbaris dan nomer urut absen. Serta cerita yang membuat kami terpingkal-pingkal dikelas adalah : Nggang, Ngging, Nggung yuk..ayo nabung. Dan beliau selalu mengawali belajar di kelas dengan cerita atau mendongeng tentang apa yang terjadi kala itu. Padahal kala itu belum ada laptop dan hardisk yang besar tapi cerita beliau masih tetap tersimpan di pikiran kami, di benak kami dan disetiap tindakan kami. Saya juga bingung,

  1. Apakah Guru pada waktu itu sudah belajar tentang Confusianisme ? Yang mengajarkan untuk menhadirkan “GURU” disetiap waktu dan dalam kondisi apapun dalam diri anak didiknya.
  2. Apakah Guru pada waktu beliau juga nyantri di pondok pesantren yang mengajarkan “man jadda wa jadda”

Saya kagum pada pengajar dan pendidik seorang Bu Sumirah (pantas saja, kami waktu itu selalu menunggu beliau datang, kami selalu menantikan kehadirannya di kelas dan berebut membawakan tasnya), bisa jadi tawaran cerita diatas sudah masuk kategori materi dengan model telling story se-level Sekolah Bertaraf International (kalau ditafsirkan kondisi sekarang), dan bahkan metode penyampaikan yang mengajak siswa mempunyai gaya berfikir yang analitik alias tidak sekedar hafalan; cuma sayang saya tidak punya foto almahumah tapi saya yakin film laskar pelangi diatas sudah tepat sekali menampilkan figur dan sosok seorang guru yang dengan teori-teori yang hebat, yang mampu menanamkan konsep matematika yang kuat, yang mampu menanamkan basis-basis logika yang kuat. Hingga akhirnya saya sadar betul basis yang kuat itu mampu menelorkan theorema-theorema dalam article mathematics di Ramanujan journal : Ramanujan-Deshouillers-Sutanto

Ya Alloh semoga ilmu yang bermanfaat yang telah beliau berikan akan mengalirkan pahala dan belas kasihanMu secara terus menerus kepadanya meski beliau telah bersemayam keharibaanMu…

Cartesian Coordinate System

Tepat sekali bila perandaian kelompok domba yang makan rumput sebgai ilustrasi tempat kedudukan dengan sistem kartesius. Karena domba relatif diam, dan posisinya tersebar dalam kedudukan (x,y). Tidak menutup kemungkinan tempat kedudukan domba-domba itu menyerupai lingkaran. Kenapa memilih lingkaran meskipun bentuk-bentuk poligon geometri yang lain juga memungkinkan? Karena lingkaran adalah “pintu masuk” menuju pembelajaran Calculus. Pemahaman tentang bilangan yang sangat kecil dan bilangan yang sangat besar lebih mudah didekati dengan konsep lingkaran sebagai segi banyak bahkan segi tak hingga.

Berikut Tugas kelompok Model Matematika sebagai gambaran untuk pengantar pemodelan