dimana matematikanya ?

3 hari di diminta Dikti presentasi tentang riset stranas 2009 kemarin di Surabaya. Menarik karena kategori tema riset adalah : Pengentasan Kemiskinan. Dan menarik karena peserta yang hadir adalah dosen-dosen yang telah memenangkan hibah fundamental dan hibah kompetensi harus “naik kelas” untuk maju dalam kompetisi Hibah Startegi Nasional dan Hibah Kolaborasi Internasional dengan latar belakang ilmu yang berlainan.

Prsentasi dimulai kenapa judul Soropadan 3.0 : Menggali the fortune in the bottom of the pyramide dengan blue ocean strategy dan wikinomics masuk kategori dalam 2 terbaik. Yang ini sulit dicari justifikasinya, karena sangat subyektif. Presentasi dilanjutkan dengan latar belakang dipilihnya judul atau tema tersebut yang ingin mengangkat citra komoditas agro kita disajikan dalam konteks sejarah

  • Fact 1 : Grote Postweg Marsekal Daendels, Map de L’Ile Java Charles Francois Tombe dan Culture Stelsel Raffles – 3760 kapal Rute Batavia Rotterdam
  • Fact 2 : 64% dari total orang miskin adalah mereka yang tinggal di desa dan mayoritas berprofesi sebagai petani
  • Fact 3 : Human Capital Flight – TKI dan Brain drain

Citra komoditas agro yang terdegradasi dan tidak bernilai padahal fakta sejarah “Rempah-Rempah” diburu dan dikagumi oleh mulai dari Pourtugis sampai Kompeni VOC Belanda.

Untuk mengembalikan citra itu dipilihlah 2 strategi, yaitu :

Blue Ocean strategy yang menafikan kompetisi dengan menciptakan peluang baru. Yaitu kreatif dalam menciptakan : mencipta dengan menanam sebuah komoditas yang telah di guide oleh sebuah market dengan market yang sudah di create secara kreatif dan radical marekting. Dan

Wikinomics Strategy yang menekankan pilar berbagi dan kolaborasi massal secara global dalam mencari pasar dan mencari supply chain.

Dislide berikutnya muncul kontainer ke-4 yang mengirim kunyit produksi petani yang dikirim ke luar negri:

Sampai disini, muncul pertanyaan menarik. Dimana matematikanya? Bukankah latar belakang ilmu anda adalah matematika?

Jawaban saya agak filosofis : ” Bahwa filosofi penciptaan itu dimulai dari sesutau yang tidak nampak dan berakhir dengan sesuatu yang tidak nampak pula” contoh sederhana : Bagaimana Tuhan menciptakan waktu atau hari, yang dimulai dari gelap dan berakhir dengan gelap pula. Sama halnya dengan kreatifitas dalam riset ini dimulai dengan sebuah matematika yang tidak nampak dan berakhir dengan hilangnya matematika. Namun lagi-lagi mereka belum puas dengan penjelasan tadi. Nampaknya penjelesan tersebut belum memuaskan untuk konsumsi logika dan cara berfikir mereka yang “rasional”.

Disini ada sebuah catatan, bahawa sering terjadi dikotomi antara ilmu matemtika dengan ilmu yang lain, apapun itu ilmunya. Entah itu sosial maupun eksakta sebenarnya tidak ada dikotomi antara keduanya. Matematika akan menjadi mudah dicerna dan mengena tatkala bersinergi dengan lainnya. Bahkan bisa diuji korelasi berikutnya antara nilai matematika yang diperoleh siswa dengan metode pengajaran dimana terjadi pelibatan ilmu lain dengan pengajaran matematika menggunakan metode mathematics for mathematics. Seperti yang barusan di rilis oleh World Bank math-motivation