Salarium : Garam

disampaikan pada Seminar Nasional Wirausaha Ramah Lingkungan Berbasis Ilmiah Pend. Kimia fkip UNS, 29 Oktober 2011

Background
Penciptaan awal manusia mengenal kehidupan dan sistem kehidupan tidak terlepas dari urusan kimia. Sejarah dapat dilihat dari asal-usul kata, dimana kata Salary (in english) berasal dari bahasa latin SALARIUM yang artinya GARAM. Atau kalau anda tanya kan ke google translate SALARIUM artinya MONEY GIVEN TO SOLDIERS FOR SALT. Pada
awalnya orang tidak menggunakan uang, mereka lapar mereka berburu. Namun kesulitan dimulai tatkala barang yang dicari sedang dimiliki oleh orang lain. Ada keinginan untuk menukar. Akhirnya musti dicari sebuah alat atau benda yang bisa dipakai untuk media tukar menukar. Tentunya Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima oleh umum (generally accepted), benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang
merupakan kebutuhan primer sehari-hari; misalnya garam yang
oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun
sebagai alat pembayaran upah. Ternyata menurut data dari google translate tersebut diatas, orang Inggris menyebut upah adalah pengaruh dari sejarah Romawi.

Kimia adalah Riset
Setelah Steve Jobs atau Abdul Lateef wafat, ada surat terbuka dari Thomas Friedman seorang columnist dari NEW YORK TIMES kepada Presiden Barack Obama : ” We need to get
millions of American kids, not just geniuses, excited about innovation and entrepreneurship again”. Steve Jobs mampu membuat dunia sunyi tapi menghasilkan karya-karya besar yang
diterima oleh pasar. Sunyi ? Ya….bayangkan tatkala untuk membuat satu kalimat waktu itu kita dihadapan mesin ketik, seberapa bisingnya bunyi yang dihasilkan. Lantas mesin ketik digantikan tuts dari keyboard yang sudah berkurang kebisingannya, lantas muncullah mouse yang masih terdengar suara klik, namun fenomenal innvation dari Jobs : cukup
disentuh tanpa mengeluarkan bunyi-bunyian untaian kalimat dapat dibuat dengan rapi. In short, we needs more people like Apple cofounder and CEO Steve Jobs :
1. Do What You Love – Think differently about your career
2. Sell Dream, not Products – Think differently about your costumers
3. Master the Message – Think differently about yaou story

Steve Jobs telah meninspirasi dunia telah melakukan riset dengan segala keterbatasan sumber daya. Tentunya ini harus menginspirasi juga kepada student, guru, mahasiswa dan dosen kimia untuk mencari dan mencari kembali rahasia dibalik setiap unsur dan senyawa yang ada di alam ini. Kurangnya riset dibidang kimia saat ini, membawa kimia ke dunia abstrak seperti pure mathematics, bahkan lebih abstrak. Padahal ilmu kimia sangat konkrit dan nyata.

Kimia konkrit dan Nyata
Musim hujan di minggu ini membuat saya tertegun, 4 bulan ini di FMIPA saya sedang menggiatkan tanam pohon. Karena musim kemarau panjang maka petugas taman diminta untuk terus menyirami setiap pagi bahkan sore hari. Namun kondisi tanaman tidak sehijau dan sesegar minggu ini. Kenapa ? Saya baru bisa mendapatkan jawabananya dari seorang ahli nuklir lulusan Jerman ( Dr. Buntarto) : hal tersebut diakibatkan reaksi nuklir yang terjadi tatkala terjadi petir. Petir iniliah yang membuat secara rekasi kimia menhasilnya unsur nitrogen diawan yang akhirnya dibawa oleh air hujan turun ke tanah. Tanaman untuk hijau hanya membutuhkan satu unsur yaitu : NITROGEN. Dan lagi-lagi inilah cikal bakal sebuah kehidupan dimulai dari nitrogen. Kita yang didup dikatulistiwa, tentunya kaya dengan hujan dan kaya dengan nitrogen sehingga negara ini menjadi hijau dimana-mana.
Petaka berawal dari kurangnya riset kimia : pupuk kimia di mana- mana berimplikasi tanah jadi rusak dan produksi pangan tidak dapat optimal sehingga negri yang kaya ini harus impor beras dari Thailand atau Vietnam.