Bawakan aku Matahari-mu
Materi seminar ISPI Minggu 13 Februari 2011 : Materi Seminar
Penumpang Separoh Pesawat
Tuhan, tolong selamatkan mereka. Sedang diapakan lagi mereka? Wajah-wajah lugu mereka yang mau mencari hidup. Sudah masuk ke Gate D1, masih ada lagi pemeriksaan dari kepolisian resort bandara : ” tolong keluarkan paspor….!” Satu-satu mereka keluarkan dokumen, Lho kenapa Pak, mau masuk pesawat kok masih diperiksa lagi ? Iya, barusan tertangkap 18 orang dengan paspor dan VISA palsu. Apa …!! ?? VISA palsu? kalau paspor palsu sering dengar tapi kalau VISA dipalsukan itu sudah keterlaluan. Dan, ini masih ada 1 orang lolos dari pemeriksaan imigrasi dan masuk ke Gate Qatar Airways. Makanya gate D1 diubek-ubek untuk cari 1 orang itu. Ampun…ampun. Trafficking Human ! l’exploitation de l’homme par l’homme ! Orang makan orang ! Nggak ngerti dan nggak bisa bayangkan harus berbuat apa ? Di negeri orang, ada masalah dengan imigrasi adalah mimpi buruk. Yang lebih memprihatinkan lagi, sebelah saya nama yang tertulis di paspor adalah bukan nama dia sendiri. Kok bisa ? Apa yang nggak bisa di negeri yang serba bisa ini…
Siap take off! tapi kok lama banget nggak juga naik. Ternyata sang plot mengumumkan sedang menunggu pencarian 2 penumpang yang belum kunjung naik. Waduh …jangan-jangan ibu tadi yang baru pertama kali naik pesawat terbang tujuan Damaskus. Lega sudah, setelah semua komplit. Tapii suasana didalam pesawat gaduh banget. Orang tukar tempat duduk, lampu panggilan 9 nyala bergantian sehingga pramugari hilir mudik. Ya sudahlah semua punya hak yang sama, karena mereka juga beli tiket sehingga mendapatkan perlakuan yang sama. Di Doha, pesawat transit, kebingungan terjadi dimana-mana, Ibu-ibu ku tadi berpencar menuju pesawatnya masing-masing. Sampai petugas bandara Doha sangat hafal, dengan memberitahu : ” mohon penumpang yang dari Jakarta tidak bergerombol didepan pintu scan…!”
Cuma saya masih ada rasa bangga ketika berteman dengan mereka di Doha sambil menunggu pesawat. Keadaan lah yang membuat mereka sehingga tidak ada pilihan lagi. Seorang Ibu dari Sukabumi baru pulang setelah 3 tahun bekerja di Doha hanya untuk melihat calon menantunya dan bikin hajatan bagi putri semata wayangnya. Seorang Ibu yang bekerja di Oman membagi pulsa nya di bandara kepada rombongan Ibu-ibu yang lain. Dia sangat beruntung karena mempunyai ketrampilan memasak sehingga diangkat bekerja di restoran berbintang di Oman, pernah pula berlibur dengan Bosnya keliling dunia…wow. Saya harus bangga melihat semangat dan keberanian mereka. Mereka memburu dan menghasilkan dinar dan dollar dengan caranya yang halal (semoga barokah).
Pak Presiden, bisa nggak penderitaan penumpang yang memenuhi separoh pesawat ini dihentikan ? Menghentikan Penderitaan Ibu-ibu tua dan muda bekerja ke negri orang demi gaji Rp. 2.000.000 – Rp 2.500.000,- per bulan dengan menciptakan kerja yang layak dinegri sendiri ?
Bisa ditebak, pemandangan pesawat itu berbeda dengan pesawat untuk pulang. Peswatnya tetap Qatar Airway, hanya nomor penerbangannya berbeda QR 020 Paris – Doha. Sebagian besar adalah ” sosialita” berpaspor Republics of China”. Usianya masih muda semuanya. Membawa belanjaan pakaian danparfum dari Dior, Boss, Yves Saint Laurent. Ribetnya sama, cuma kali ini mereka yang banyak tuntutan : Tempat duduknya minta tukar, kabinnya sesak. Pokoknya sama persis dengan kejadian di Jakarta.
Tapi yang ini, saya mohon ke Pak Presiden, ciptakan sebanyak-sebanyak entrepreuner muda seperti itu yang menjadi penumpang memenuhi separoh pesawat. Agar kalau pergi ke negri orang untuk berlibur bukan untuk mencari sesuap nasi.
Berbeda dengan para sosialita indonesia yang saya temui di Avenue Champs Elyse yang kebanyakan istri-istri pejabat yang membelanjakan “duit” yang entah dari mana untuk barang dan baju ber-merk. Layaknya SOSIALITA atau kaum BORJUIS, ampun; Omong nya tinggi-tinggi sekali. Mau muntah aku kalau dengar mereka ngomong. Terpaksa kami harus menaikkan “level” ketika berhadapan dengan mereka.
Bordeaux
Bordeaux adalah kampung halamanku, kedatanganku saat ini (desember 2010) tidak hanya visit ke labo dulu saya bekerja dan tidak hanya pula ketemu teman kuliah dulu yang jadi dosen matemtika pula disana; tapi ada sebuah cerita yang membuat kami semua tertegun. Yaitu cerita tentang sebuah nasib, garis hidup dan takdir yang mulai bisa dirasakan setelah hampir 10 tahun kami terpisah. Adalah seorang Alex, dulu adalah teman bermain di Bordeaux. Badminton bareng, lempar bola besi dan sering jalan bareng. Bahkan saya masih ingat banget sewaktu soiree dengan teman-teman yang dilanjutkan di boite de nuit alias night club. Semua teman-teman bisa masuk, kecuali saya dan Alex. Saya ditolak masuk sama penjaga yang kekar hitam. Bisa jadi orang alim gak boleh masuk. Dan anehnya dari jauh saya lihat juga Alex tidak masuk ke dalam meskipun saya yakin dia bisa masuk, urusan minum dia jagonya. Untungnya pas musim panas jadi tidak kedinginan diluar. Akhirnya dengan ikhlas hati saya berdua meninggalkan teman-teman yang “la Fete” di dalam. Kami berdua pulang. Alex mengantar saya sampai ke apartement di Residence Pessac. Itu kenangan terkahir saya dengan dia. Dan kemaren dapat kabar kalau dia sekarang sudah punya une petite fille yang lucu namanya Aicha….!!!! Saya bilang tidak mungkin, kenapa bisa begitu? Ternyata sekarang dia memutuskan tinggal di Sinegal dan menjadi panutan orang di desa dimana dia tinggal. Dia menjadi seorang muslim bersama istri dan 2 orang anaknya.